Minggu, 24 Juni 2012

Menutup Aurat Apakah Ada Musimnya....?

Jika melihat berbagai berita infotainment dari kalangan selebriti, kita akan jumpai para artis mulai sadar untuk tidak buka-bukaan aurat, contohnya di bulan suci yaitu bulan Ramadhan. Banyak diantara mereka yang mengatakan: “Saya mau berpakaian tidak ketat lagi ah…! di bulan suci”, kira-kira seperti itu penuturan sebagian artis. Ada juga yang mulai sadar bukan karena niatan ingin jadi baik, namun berhubung karena ada orderan sehingga ia pun harus berbusana religi (Relizi). Namun sayangnya, selepas itu semua, aurat pun kembali diumbar. Sungguh sayang seribu sayang, ibadah seakan-akan menjadi musiman saja.
Para Muslimah yang semoga dirahmati Allah, perlu anda ketahui bahwa kewajiban berjilbab itu adalah setiap saat. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, dalam surat Al-Ahzab ayat 54 yang artinya :
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mendekatkan jilbabnya  ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Suatu perkara yang dikatakan wajib, tentu saja bukan hanya dikenakan musiman. Sebagaimana halnya sholat, jika diperintahkan dan itu wajib, tentu saja diwajibkan setiap saat dan bukan hanya satu waktu. Renungkanlah ini semua!
Dan tahukah anda wahai Muslimah, bahwasanya tidak menutup aurat adalah suatu dosa yang sangat besar.
Sebagaimana diterangkan oleh ayat Al-Qur’an, pada surat Al-Ahzab ayat 59 tersebut adalah,   bahwa aurat wanita muslimah adalah seluruh tubuhnya. Lantas apa akibatnya jika yang ditampakkan adalah aurat yang ada pada diri mereka? Sebagaimana kita lihat, kelakukan sebagian wanita yang sudah lepas keindahan sifat malu pada diri mereka, mereka masih memamerkan rambut yang elok dan paha. Padahal telah Disebutkan dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya :
Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berpaling dari ketaatan dan mengajak lainnya untuk mengikuti mereka, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian”. (HR Muslim no 2128).
 Dan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata :
Wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang, yang berjalan berlenggak-lenggok guna membuat manusia memandangnya, mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mendapati aromanya. Padahal aroma Surga bisa dicium dari jarak 500 tahun”.
Kaum Muslimah yang semoga dirahmati oleh Allah. Para ulama ketika menjelaskan apa yang dimaksud dengan wanita yang berpakaian tetapi telanjang, mereka maksudkan adalah wanita yang menutup sebagian badannya, dan menampakkan sebagiannya. Artinya, wanita seperti ini auratnya terbuka. Contohnya saja adalah wanita yang berpakaian rok mini, atau menampakkan keelokan rambutnya. Ulama lainnya mengatakan bahwa maksud wanita berpakaian tetapi telanjang, adalah memakai pakaian yang tipis sehingga terlihat warna kulitnya.
Sungguh, sifat-sifat wanita semacam ini sudah banyak kita temukan di akhir zaman. Bahkan sungguh mereka tidak punya rasa malu lagi untuk menampakkan auratnya. Padahal perbuatan ini adalah dosa besar, karena di akhir-akhir hadits sampai diancam tidak akan mencium bau surga. Apalagi jika perbuatan ini dilakukan public figure, tentu saja ancamannya lebih parah karena perbuatannya dicontoh orang lain. Dan setiap perbuatan dosa yang dicontoh orang lain, tentu saja orang yang beri contoh akan menanggung dosanya pula. Allah Ta’ala telah berfirman,
وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآَثَارَهُمْ
Dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan”. (QS Yasin : 12)
Maksud ayat ini adalah, Allah Ta’ala akan mencatat setiap amalan yang dilakukan oleh seorang hamba, dan bekas-bekas dari amalannya yang berpengaruh pada yang lainnya. Artinya, jika amalan kebaikan yang ia diikuiti oleh orang lain, maka itu akan dicatat sebagai kebaikan baginya pula. Begitu pula yang terjadi jika kejelekan yang ia lakukan diikuti oleh orang lain. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya :
Barangsiapa melakukan suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran orang yang mengikutinya, dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa melakukan suatu amalan kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosanya sedikitpun” (H. Muslim no 1017)
Mungkin Berbagai alasan sering dikemukakan oleh para wanita yang masih enggan berjilbab. Beberapa alasan mereka diantaranya adalah :
 - Yang pentingkan hatinya dulu yang dihijabi.
Alasan semacam ini sama saja dengan alasan orang yang malas sholat lantas mengatakan, “Yang penting kan hatinya.” Inilah alasan orang yang punya pemahaman bahwa yang lebih dipentingkan adalah amalan hati, tidak mengapa seseorang tidak memiliki amalan badan sama sekali. Inilah pemahaman aliran sesat “Murji’ah” dan sebelumnya adalah “Jahmiyah”. Ini pemahaman keliru, karena pemahaman yang benar sesuai dengan pemahaman Ahlus Sunnah wal Jama’ah,  karena Din dan Islam itu adalah perkataan dan amalan, yaitu perkataan hati, perkataan lisan, amalan hati, amalan lisan dan amalan anggota badan. Jadi tidak cukup iman itu dengan hati, namun harus dibuktikan pula dengan amalan.
- Atau-pun ada yang mengatakan, Bagaimana jika berjilbab namun masih menggunjing.
Alasan seperti ini pun sering dikemukakan. Perlu diketahui, dosa menggunjing (ghibah) itu adalah dosa tersendiri. Sebagaimana seseorang yang rajin sholat malam, boleh jadi dia pun punya kebiasaan mencuri. Itu bisa jadi. Sebagaimana ada kyai/ustadz pun yang suka menipu. Ini pun nyata terjadi.
Namun tidak semua yang berjilbab punya sifat semacam itu. Lantas kenapa ini jadi alasan untuk enggan berjilbab?. Perlu juga diingat bahwa perilaku individu tidak bisa menilai jeleknya orang yang berjilbab secara umum. Bahkan banyak wanita yang berjilbab dan akhlaqnya sungguh mulia. Jadi kewajiban orang yang hendak berjilbab untuk tidak menggunjing.
- Atau ada yang mengatakan: “Belum siap mengenakan jilbab”.
Kalau tidak sekarang, lalu kapan lagi? Apa tahun depan? Apa dua tahun lagi? Apa nanti jika sudah pipi keriput dan rambut beruban? Setan dan nafsu jelek biasa memberikan was-was semacam ini, supaya seseorang menunda-nunda amalan kebaikan.
Ingatlah …! kita belum tentu tahu jika besok shubuh kita masih diberi kehidupan. Dan tidak ada seorang pun yang tahu bahwa satu jam lagi, ia masih menghirup nafas. Oleh karena itu, tidak pantas seseorang menunda-nunda amalan. “Oh nanti saja, nanti saja”.
Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu memberi nasehat yang amat bagus :
Jika engkau berada di waktu sore, janganlah menunggu-nunggu waktu pagi. Jika engkau berada di waktu pagi, janganlah menunggu-nunggu waktu sore. Manfaatkanlah masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu. Manfaatkan pula masa hidupmu sebelum datang kematianmu” .
Jika tidak sekarang ini, mengapa mesti menunda berhijab besok dan besok lagi. Semoga hal ini menjadikan renungan, dan mudah-mudahan artikel kita kali ini bermanfa’at.

w� : 0 � �� -spacing:0px'>Berhias bagi wanita ada 3 macam, yaitu berhias untuk suami, berhias di depan wanita dan lelaki mahram, dan berhias di depan lelaki bukan mahram.
Berhias untuk suami hukumnya sangat dianjurkan dan tidak memiliki batasan. Berhias di hadapan wanita dan lelaki mahram dibolehkan tetapi dengan batasan tidak menampakkan aurat dan boleh menampakkan perhiasan yang melekat pada selain aurat. dan berhias di depan lelaki bukan mahram hukumnya haram dan inilah yang disebut dengan tabarruj.
Kemudian Jauhilah cara berhias yang dilarang oleh Islam
Adapun cara berhias yang dilarang oleh Islam, adalah :
Memotong rambut di atas pundak karena menyerupai laki-laki, kecuali dalam kondisi darurat.
Kemudian  Menyambung rambut. berdasarkan sebuah hadits
“Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat wanita yang menyambung rambutnya dengan rambut lain dan wanita yang meminta agar rambutnya disambung.”
Menghilangkan sebagian atau seluruh alis, Mengikir sela-sela gigi, yaitu mengikir sela-sela gigi dengan alat kikir sehingga membentuk sedikit kerenggangan untuk tujuan mempercantik diri, Mentatto bagian tubuhnya, Dan  Menyemir rambut dengan warna hitam.
Demikianlah tuntunan atau panduan islam bagi wanita dalam hal berhias, jauhilah berhias yang dilarang oleh syari’at, Sungguh wanita yang keluar rumah dengan penampilan yang berlebihan sebenarnya dia melemparkan dirinya ke dalam api neraka. Sedangkan wanita yang menghiasi jiwanya dengan kesantunan dan berhias sesuai tuntunan Islam adalah wanita yang menempatkan dirinya pada tempat yang mulia.(Admin-HASMI).

0 komentar:

Posting Komentar